Minggu, 02 Oktober 2011

Hubungan Ilmu Sosial Dasar dengan Tekik Informatika

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Dewasa ini teknologi informasi sudah menjadi bagian penting dalam hidup manusia terutama dalam hal membuat, mengubah, menyimpan, mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi. Pada dasarnya data adalah fakta, kejadian, berita, fenomena dan sejenisnya yang dapat diolah atau diproses menjadi keluaran dalam bentuk informasi. Data dapat berupa angka, ukuran, kata, kalimat, tulisan-tulisan, uraian cerita, gambar, simbol, tanda, yang belum memliliki ciri-ciri informatif dan belum diinformasikan keberadannya, sehingga diperlukan pengolahan.
Pada zaman sekarang ini, komputer merupakan alat yang sangat diminati manusia dalam membantu kesehariannya terutama dalam hal mengolah data. Banyaknya fitur-fitur bantuan pada komputer yang membuat data tersebut menjadi lebih menarik dalam penyajiannya, menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi komputer. Jadi komputer juga bisa dikatakan sebagai input pengolah data yang menghasilkan output berupa informasi.
Kemajuan teknologi informasi yang paling diminati sekarang ini ialah aktifitas informasi di dunia maia, dimana banyak situs-situs  jejaring sosial dan sejenisnya yang menawarkan keefektifitasan dan keefisienan waktu dalam menyampaikan dan menyajikan informasi tersebut. Tapi ,tidak sedikit juga orang yang salah dalam menyalahgunakan keadaan seperti sekarang ini. Banyak dari mereka yang menerobos dan membobol keamanan jejaring sosial tersebut untuk kepentingan dirinya sendiri maupun instansi tempat ia bernaung. Oleh karena itu secanggih apapun teknologi yang ada jika tidak diiringi oleh sikap interaksi yang baik membuat teknologi tersebut menjadi tidak bermanfaat bagi sesama.

1.2      Tujuan Penulisan
Dapat dikatakan keberadaan teknologi informasi sekarang ini ialah sebagai ilmu yang diperlukan untuk mengolah informasi agar informasi tersebut dapat dicari dengan mudah dan akurat. Untuk itu karna informasi bearati juga menyampaikan sesuatu kepada orang banyak, kita sebagai pengguna sudah seyogyanya memiliki sikap interaksi yang baik antar sesama.
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.    Memahami bahwa informasi merupakan suatu hasil dari pengolahan data.
2.    Mampu membuat dan menyampaikan informasi yang bermakna serta berguna dan bermanfaat.
3.    Mendorong orang untuk menjadi lebih berkembang.
4.    Mampu bersikap profesional dan menjaga keamanan isi dari informasi tersebut.
5.    Mampu mengevaluasi Sistem Informasi secara kritis dan membuat analisis dampak terhadap efisiensi sistem secara keseluruhan.
6.    Mengetahui aspek teknis dan menejemen dari pemanfaatan Teknologi Informasi.


BAB II

LANDASAN TEORI
1.1      Hacker dan Cracker
A.   HACKER

Hacker adalah sebutan untuk orang atau sekelompok orang yang memberikan sumbangan bermanfaat untuk dunia jaringan dan sistem operasi,
membuat program bantuan untuk dunia jaringan dan komputer. Hacker juga bisa di kategorikan perkerjaan yang dilakukan untuk mencari kelemahan suatu system dan memberikan ide atau pendapat yang bisa memperbaiki kelemahan system yang di temukannya.

B.    TINGKATAN HACKER

1. Elite
--------
Ciri-ciri : mengerti sistem operasi luar dalam, sanggup mengkonfigurasi & menyambungkan jaringan secara global, melakukan pemrogramman setiap harinya, effisien & trampil, menggunakan pengetahuannya
dngan tepat, tidak menghancurkan data-data, dan selalu mengikuti peraturan yang ada. Tingkat Elite ini sering disebut sebagai ‘suhu’.

2. Semi Elite
-------------
Ciri-ciri : lebih muda dari golongan elite, mempunyai kemampuan & pengetahuan luas tentang komputer,
mengerti tentang sistem operasi (termasuk lubangnya), kemampuan programnya cukup untuk mengubah program eksploit.

3. Developed Kiddie
-------------------

Ciri-ciri : umurnya masih muda (ABG) & masih sekolah, mereka membaca tentang metoda hacking & caranya di berbagai kesempatan, mencoba berbagai sistem sampai akhirnya berhasil & memproklamirkan kemenangan ke lainnya,
umumnya masih menggunakan Grafik User Interface (GUI) & baru belajar basic dari UNIX tanpa mampu menemukan lubang kelemahan baru di sistem operasi.

4. Script Kiddie

Ciri-ciri : seperti developed kiddie dan juga seperti Lamers, mereka hanya mempunyai pengetahuan teknis networking yang sangat minimal, tidak lepas dari GUI, hacking dilakukan menggunakan trojan untuk menakuti & menyusahkan hidup sebagian pengguna Internet.


5. Lammer

Ciri-ciri : tidak mempunyai pengalaman & pengetahuan tapi ingin menjadi hacker sehingga lamer sering disebut sebagai ‘wanna-be’ hacker, penggunaan komputer mereka terutama untuk main game, IRC, tukar menukar software prirate, mencuri kartu kredit, melakukan hacking dengan menggunakan software trojan, nuke & DoS, suka menyombongkan diri melalui IRC channel, dan sebagainya. Karena banyak kekurangannya untuk mencapai elite, dalam perkembangannya mereka hanya akan sampai level developed kiddie atau script kiddie saja.

C.   CRACKER

Sedangkan Cracker adalah sebutan untuk orang yang mencari kelemahan system dan memasukinya untuk kepentingan pribadi dan mencari keuntungan dari system yang di masuki, seperti: pencurian data, penghapusan, dan banyak yang lainnya. Cracker tidak memiliki tingkatan karena sifatnya yang merusak. Mereka yg masuk ke dalam sistem orang lain yakni cracker lebih bersifat destruktif, biasanya di jaringan komputer, mem-bypass password atau lisensi program komputer, secara sengaja melawan keamanan komputer, men-delete data oramg lain, mencuri data dan umumnya melakukan cracking untuk keuntungan sendiri, maksud jahat atau karena sebab lainnya karena ada tantangan. Beberapa proses pembobolan dilakukan untuk menunjukkan kelemahan keamanan sistem.


1.2      Metodologi
Hacker muncul pada awal tahun 1960-an diantara para anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad Club di Laboratorium Kecerdasan Artifisial Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kata hacker pertama kali muncul dengan arti positif untuk menyebut seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat program komputer yang lebih baik dari yang telah dirancang bersama.
Kemudian pada tahun 1983, analogi hacker semakin berkembang untuk menyebut seseorang yang memiliki obsesi untuk memahami dan menguasai sistem computer. Sebagai contoh : digigumi (Grup Digital) menggunakan teknik teknik hexadecimal untuk mengubah teks yang terdapat di dalam game. Contohnya, game Chrono Trigger berbahasa Inggris dapat diubah menjadi bahasa Indonesia.
Hacker sendiripun memiliki kode etik seperti :
1.    Mampu mengakses komputer tak terbatas dan totalitas.
2.    Semua informasi haruslah FREE.
3.    Tidak percaya pada otoritas, artinya memperluas desentralisasi.
4.    Tidak memakai identitas palsu, seperti nama samaran yang konyol, umur, posisi.
5.    Mampu membuat seni keindahan dalam computer.
6.    Komputer dapat mengubah hidup menjadi lebih baik
7.    Pekerjaan yang di lakukan semata-mata demi kebenaran informasi yang harus disebar         luaskan.
8.    8 Memegang teguh komitmen tidak membela dominasi ekonomi industri software tertentu.
9.    Hacking adalah senjata mayoritas dalam perang melawan pelanggaran batas teknologi computer.
10.  Baik Hacking maupun Phreaking adalah satu-satunya jalan lain untuk menyebarkan informasi pada massa agar tak gagap dalam computer Cracker tidak memiliki kode etik apapun.
Adapun aturan yang perlu di ikuti hacker seperti di jelaskan oleh Scorpio, yaitu:
1.     Hormati pengetahuan & kebebasan informasi.
2.     Memberitahukan sistem administrator akan adanya pelanggaran keamanan / lubang di keamanan yang anda lihat.
3.     Jangan mengambil keuntungan yang tidak fair dari hack
4.     Tidak mendistribusikan & mengumpulkan software bajakan
5.     Selalu bersedia untuk secara terbuka / bebas / gratis memberitahukan & mengajarkan berbagai informasi & metoda yang diperoleh.
6.     Hormati mesin yang di hack, dan memperlakukan dia seperti mesin sendiri.
7.     Tidak pernah memberikan akses ke seseorang yang akan membuat kerusakan.
8.     Tidak pernah secara sengaja menghapus & merusak file di komputer yang dihack.
9.        Tidak pernah meng-hack sebuah sistem untuk mencuri uang

Pada perkembangan berikutnya muncul kelompok lain yang menyebut-nyebut diri hacker, padahal bukan. Mereka ini (terutama para pria dewasa) yang mendapat kepuasan lewat membobol komputer dan mengakali telepon (phreaking). Hacker sejati menyebut orang-orang ini ‘cracker’ dan tidak suka bergaul dengan mereka. Hacker sejati memandang cracker sebagai orang malas, tidak
bertanggung jawab, dan tidak terlalu cerdas.
Biasanya di jaringan komputer, mem-bypass password atau lisensi program komputer, secara sengaja melawan keamanan komputer, men-deface (merubah halaman muka web) milik orang lain bahkan hingga men-delete data orang lain, mencuri data dan umumnya melakukan cracking untuk keuntungan sendiri. Adapun perbedaan Hacker dan Cracker ialah sebagai berikut :     
a.   Hacker
1.   Mempunyai kemampuan menganalisa kelemahan suatu sistem atau situs.
2.   Hacker mempunyai etika serta kreatif dalam merancang suatu program yang berguna bagi siapa saja.
3.   Seorang Hacker tidak pelit membagi ilmunya kepada orang-orang yang serius atas nama ilmu pengetahuan dan kebaikan.
b.      Cracker
1.      Mampu membuat suatu program bagi kepentingan dirinya sendiri dan bersifat destruktif atau merusak dan menjadikannya suatu keuntungan.
2.      Bisa berdiri sendiri atau berkelompok dalam bertindak.
3.      Mempunyai situs atau cenel dalam IRC yang tersembunyi, hanya orang-orang tertentu yang bisa mengaksesnya.
4.      Mempunyai IP yang tidak bisa dilacak.
5.      Kasus yang paling sering ialah Carding yaitu Pencurian Kartu Kredit, kemudian pembobolan situs dan mengubah segala isinya menjadi berantakan.




1.3      STUDI KASUS

Seorang ahli kunci ternama bermaksud ingin mewariskan ilmu kepada kedua orang muridnya. Setelah di didik beberapa tahun, kedua muridnya tersebut sudah mahir dan menguasai beberapa tekhnik cara membuka berbagai jenis gembok. Untuk menentukan ahli warisnya, ahli kunci tersebut bermaksud untuk menguji mereka secara bersamaan.
            Disiapkan dua kotak kunci, yang didalamnya berisi sebuah barang berharga, yang ditempatkan didua kamar yang bersebelahan. Si A dan si B masuk yang telah disediakan. Tidak lama kemudian si A keluar, dia menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Sang guru bertanya, “Wah, begitu cepatnya kamu membuka. Apa isi kotak itu ?” Di dalam kotak itu terletak sebuah permata yang sinarnya indah sekali.
            Tak lama kemudian si B keluar ruangan, kembali pertanyaan yang sama diajukan kepada si B, “Apa isi kotak itu ?”. B menjawab, “Aku hanya membuka gembok, dan kemudian keluar, tidak membuka kotak, apalagi melihat isi bungkusan didalam kotak itu”.
            Akhirnya diputuskan sang guru, bahwa si B menjadi ahli warisnya. Keputusan itu tentu tidak diterima si A. Dengan penasaran Ia bertanya,” Guru aku membuka gembok lebih cepat daripada si B, kenapa bukan aku sebagai ahli waris guru ?”. profesi kita adalah tukang kunci, tugasnya adalah membantu pemilik yang kuncinya hilang atau rusak agar si pemilik mendapatkan barangnya. Membuka gembok adalah tugas kita. Setelah gembok terbuka, kita berusaha juga melihat isinya, itu berarti melanggar moral etika profesi kita sebagai ahli kunci. Tidak peduli apapun pekerjan kita. Moral etika professionalisme harus dijunjung tinggi, karena tanpa moral etika seorang ahli kunci dengan mudah akan berganti profesi menjadi pencuri.
Si A mengangguk-angguk puas dengan jawaban sang guru, dia menyadari dimana letak kesalahannya dan bersyukur telah mendapat pelajaran yang berharga sebelum turun ke masyarakat. Meskipun ada perasaan kecewa bahwa ia bukan ahli waris yang ditunjuk, tetapi ia berjanji kelak akan menjalankan profesinya dengan dasar moral dan etika. (sumber : http://rosyidi.com/ahli-kunci/)

1.4      PEMBAHASAN
Etika dan profesionalisme dalam bekerja memang sangat menentukan kualitas seseorang dalam bekerja. Kemampuan yang baik tanpa diiringi rasa profesionalisme yang tinggi malah akan menjadi bumerang bagi orang itu sendiri. Tanpa dilumuri oleh etos kerja yang penuh profesionalisme, kita mungkin akan mudah tergelincir menjadi barisan para pecudang. Tanpa kesadaran batiniah untuk menjejakkan etos profesionalisme dalam segenap raga, kita mungkin akan segera menjadi insan-insan yang gagap dengan dinamika perubahan. Miskin prestasi, dan absen dari perjalanan panjang menuju manusia produktif, mulia nan bermartabat.
Namun,  jika kita menanamkan sikap profesionalisme maka sebuah ikhtiar untuk terus belajar mengembangkan kompetensi diri akan terus tumbuh. Sebuah tekad yang dibalut oleh semangat untuk mempraktekkan prinsip lifetime learning. Bagi mereka selalu akan ada celah dan ruang untuk terus memekarkan potensi dan kapasitas diri.



BAB III
PENUTUP



Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu profesi, karena hal inilah yang mendasari seseorang untuk bisa menjadi profesional dalam menjalankan profesi yang dimiliki.
Untuk itu apapun bentuk pekerjaanya baiknya kita harus bersungguh-sungguh dan menyelipkan sikap profesionalisme dalam menyikapinya. Karena dengan aturan dan disiplin tanpa disadari kita juga telah menbangun hubungan interaksi yang baik dengan pekerjaan dan juga orang disekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar