BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk cipataan
Tuhan yang paling sempurna. Kehidupan manusia pun terus mengalami kemajuan
seiiring dengan bertambahnya kemampuan intelektual dan fisiknya. Interaksi
manusia satu sama lain pun sangatlah kompleks, dari manusia ke manusia lainnya,
manusia ke alam dan manusia ke hewan. Kebiasaan-kebiasaan manusia yang sering
dilakukan pun menjadi ciri khas suatu kelompok manusia atau pun manusia
individu.
Banyak hal yang diciptakan manusia
dalam enunjang hidupnya, dari makanan , pakaian sampai tata aturan dalam
bertingkah laku yang nantinya akan membentuk kelas – kelas tersendiri. Hal- hal
tersebut biasanya terwujud dari adanya rasa dan kebiasaan di lingkungan sekitar
yang mendorong terciptanya sesuatu yang baru yang akan diikuti oleh manusia
lainnya.
Kemajuan intelektual dan pola pikir
manusia lah yang membuat terasa adanya perubahan gaya hidup yang signifikan
jika menengok kearah zaman manusia yang masih jauh dari peradaban. Seni dan
budaya merupakan penyempurna dari semua hal yang dikerjakan manusia. Manusia
yang berbudaya akan memiliki ciri khas yang akan memberikan kesan anggun dan
mempesona ketimbang manusia yang hidup tanpa adanya aturan. Akal adalah
anugerah yang sangat bergharaga dari Tuhan YME yang membuat kita umat manusia
mampu hidup berbudaya dan elegan ketimbang hewan yang hanya mengandalkan
naluri.
1.2.
Tujuan Penulisan
Sebagai makhluk social yang tiak
mampu hidup tanpa bantuan orang lain, kita manusia sudah menyadari seharusnya
keseragaman dan keselarasan dalam bertindak dan bertingkah laku merupakan kunci
utama dalam mencapai hidup yang harmonis. Kesamaan dan keselarasan ini lah yang akan menjadi budaya dan kebiasaan
yang akan menjadi suatu ciri khas dari manusia. Adapun maksud dari penulisan
makalah ini, yakni :
1. Mendapat pengetian yang baik mengenai
“Hidup Berbudaya”.
2. Sadar bahwa manusia hidup memang
untuk saling berketergantungan dengan orang lain.
3. Mengerti bahwa Budaya ada sebagai
norma dan aturan yang membuat hidup manusia menjadi lebih tertata.
4. Mengerti perbedaan antara kreatif dan
“melawan arus budaya” sehingga tidak tercampur aduk antara nuansa baru dengan
perusakan kenudayaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian Manusia
Secara
bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial),
maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan
kehilangan energi, dan oleh karena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu
berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa
setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan
sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan
mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini dapat dilihat
pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan sebagai berikut:
Siklus Hubungan Manusia
Gambar di atas menggambarkan
bahwa lingkungan dan manusia atau manusia dan lingkungan merupakan hal yang tak
terpisahkan sebagai ekosistem, yang dapat dibedakan mejadi:
·
Lingkungan
alam yang befungsi sebagai sumber daya alam
·
Lingkungan manusia yang berfungsi sebagai
sumber daya manusia
·
Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai
sumber daya buatan
2.2.
Pengertian
Budaya
Kata
budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan
rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan,
yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya
atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti
culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan
mengubah alam.
·
Definisi budaya dalam pandangan ahli
antropologi sangat berbeda dengan pandangan ahli berbagai ilmu sosial lain.
Ahli-ahli antropologi merumuskan definisi budaya sebagai berikut:
·
E.B. Taylor: 1871 berpendapat bahwa budaya
adalah: Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta
kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota
masyarakat.
·
Sedangkan Linton: 1940, mengartikan budaya
dengan: Keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola
perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota
suatu masyarakat tertentu.
·
Adapun Kluckhohn dan Kelly: 1945 berpendapat
bahwa budaya adalah: Semua rancangan hidup yang tercipta secara
historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang ada
pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia
·
Lain halnya dengan Koentjaraningrat: 1979
yang mengatikan budaya dengan:Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.
Berdasarkan
definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal
terpenting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan. Hanya sedikit tindakan
manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan
belajar.
Dari
kerangka tersebut diatas tampak jelas benang merah yang menghubungkan antara
pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir melalui proses belajar yang
merupakan kegiatan inti dalam dunia pendidikan.
Selain itu
terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
·
wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma,
peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak,
berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat
kebudayaan itu hidup;
·
aktifitas kelakuan berpola manusia dalam
masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling
berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan
selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial
ini bersifat nyata atau konkret;
·
Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil
fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.
2.3.
BUDAYA
SEBAGAI SISTEM GAGASAN
Budaya
sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto,
karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila
gagasan itu dituliskan dalam karangan buku.
Budaya
sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan
berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya
berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang
kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya
yang kita sebut sebagai nilai budaya.
Jadi,
nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita
rasakan dalam sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan
dalam bentuk adat istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan
antara manusia sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan
lingkungannya.
2.4.
PERWUJUDAN
KEBUDAYAAN
JJ. Hogman
dalam bukunya “The World of Man” membagi budaya dalam tiga
wujud yaitu: ideas, activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam
buku “Pengantar Antropologi” menggolongkan wujud budaya menjadi:
·
Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
·
Sebagai suatu kompleks aktifitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
·
Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Berdasarkan
penggolongan wujud budaya di atas kita dapat mengelompokkan budaya menjadi dua,
yaitu: Budaya yang bersifat abstrak dan budaya yang bersifat konkret.
Budaya yang Bersifat Abstrak
Budaya
yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya
terwujud dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan
cita-cita. Jadi budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang menjadi
cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi
kesepakatan.
Budaya yang Bersifat konkret
Wujud
budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas
manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau
diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan
fisik, yang terdiri atas:perilaku, bahasa dan materi.
a. Perilaku
Perilaku
adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap
perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern
of behavior) masyarakatnya.
b. Bahasa
Bahasa
adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan
ditangkap dengan telinga (auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab
paling penting dalam memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti
sekarang ini adalah pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir
dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan
ada.
c. Materi
Budaya
materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi
misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat
produksi, dan alat transportasi.
Unsur-unsur
materi dalam budaya dapat diklasifikasikan dari yang kecil hingga ke yang besar
adalah sebagai berikut:
1.
Items, adalah unsur yang paling kecil dalam budaya.
2.
Trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
3.
Kompleks budaya, gabungan dari beberapa items
dan trait
4.
Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks
budaya.
Gabungan
dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh (culture
universal). Terjadinya unsur-unsur budaya tersebut dapat melalui discovery (penemuan atau usaha yang disengaja untuk menemukan hal-hal baru).
Sumber :
A A Sitompul, Manusia dan Budaya, Jakarta : Gunung
Mulia, 1993
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia,
Jakarta : Jambatan, 1975
2.5.
Metodologi
Manusia
merupakan makhluk yang berakal budi, terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan. Karena
manusia makhluk yang berakal budi maka pastinya terbentuk cipta dan rasa dari
pola pemikiran dan pengalaman yang mereka alami selama hidupnya. Budaya
merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Budaya merupakan bentuk kebiasaan manusia yang terbentuk dengan
sendirinya tanpa mereka sadari yang akhirnya malah menjadi suatu kekhasan yang
apabila dilanggar malah menimbulkan kesan salah karena diluar kebiasaan. Berdasarkan
definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal
terpenting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan. Karena rasa cipta dan rasa merupakan sesuatu yang abstrak yang
hanya bisa dirasa seperti halnya pemikiran, maka kebudayaan itu sendiri pun
tercipta pada saat melakukan realisasi sperti berbicara, berjalan, berpakaian,
berfikir dll.
BAB III
PENUTUP
Perbedaan Manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia
mempunyai akal budi yang merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat
alami. Manusia dengan akal budinya mampu memperbaruhi dan mengembangkan sesuatu
untuk kepentingan hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Dengan proses
keshidupan yang terus dialami oleh
manusia dan mendapatkan pengalaman dari hal tersebut, mendorong pemikiran untuk
mencipta suatu hal baru yang diiringi oleh rasa. Kebudayaan merrupakan
kebiasaan yang dilakukan oleh kehidupan manusia yang malah menjadi kekhasan
sutau kelompok manusia.
Etika berbudaya mengandung tuntutan bahwa budaya yang
diciptakan harus mengandung niali-nilai etik yang bersifat universal. Meskipun
demikian suatu bidaya yang dihasilkan memenuhi nilai-nilai etik atau tidak
bergantung dari paham atau ideologi yang diyakini oleh masyarakat. Memanusiakan manusia berarti
perilaku manusia untuk menghargai dan menghormati harkat dan derajat manusia
dengan cara tidak menindas sesama, todak, tidak bersifat kasar, tidak
menyakiti, dan perilaku buruk lainnya.