Kamis, 26 April 2012

Manusia sebagai Makhluk yang Berbudaya


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.         Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk cipataan Tuhan yang paling sempurna. Kehidupan manusia pun terus mengalami kemajuan seiiring dengan bertambahnya kemampuan intelektual dan fisiknya. Interaksi manusia satu sama lain pun sangatlah kompleks, dari manusia ke manusia lainnya, manusia ke alam dan manusia ke hewan. Kebiasaan-kebiasaan manusia yang sering dilakukan pun menjadi ciri khas suatu kelompok manusia atau pun manusia individu.
Banyak hal yang diciptakan manusia dalam enunjang hidupnya, dari makanan , pakaian sampai tata aturan dalam bertingkah laku yang nantinya akan membentuk kelas – kelas tersendiri. Hal- hal tersebut biasanya terwujud dari adanya rasa dan kebiasaan di lingkungan sekitar yang mendorong terciptanya sesuatu yang baru yang akan diikuti oleh manusia lainnya.
Kemajuan intelektual dan pola pikir manusia lah yang membuat terasa adanya perubahan gaya hidup yang signifikan jika menengok kearah zaman manusia yang masih jauh dari peradaban. Seni dan budaya merupakan penyempurna dari semua hal yang dikerjakan manusia. Manusia yang berbudaya akan memiliki ciri khas yang akan memberikan kesan anggun dan mempesona ketimbang manusia yang hidup tanpa adanya aturan. Akal adalah anugerah yang sangat bergharaga dari Tuhan YME yang membuat kita umat manusia mampu hidup berbudaya dan elegan ketimbang hewan yang hanya mengandalkan naluri.


1.2.         Tujuan Penulisan

Sebagai makhluk social yang tiak mampu hidup tanpa bantuan orang lain, kita manusia sudah menyadari seharusnya keseragaman dan keselarasan dalam bertindak dan bertingkah laku merupakan kunci utama dalam mencapai hidup yang harmonis. Kesamaan dan keselarasan ini  lah yang akan menjadi budaya dan kebiasaan yang akan menjadi suatu ciri khas dari manusia. Adapun maksud dari penulisan makalah ini, yakni :
1.      Mendapat pengetian yang baik mengenai “Hidup Berbudaya”.
2.      Sadar bahwa manusia hidup memang untuk saling berketergantungan dengan orang lain.
3.      Mengerti bahwa Budaya ada sebagai norma dan aturan yang membuat hidup manusia menjadi lebih tertata.
4.      Mengerti perbedaan antara kreatif dan “melawan arus budaya” sehingga tidak tercampur aduk antara nuansa baru dengan perusakan kenudayaan.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.          Pengertian Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh karena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan sebagai berikut:

Siklus Hubungan Manusia
Gambar di atas menggambarkan bahwa lingkungan dan manusia atau manusia dan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan sebagai ekosistem, yang dapat dibedakan mejadi:
·         Lingkungan alam yang befungsi sebagai sumber daya alam
·         Lingkungan manusia yang berfungsi sebagai sumber daya manusia
·         Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai sumber daya buatan


2.2.         Pengertian Budaya

Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
·         Definisi budaya dalam pandangan ahli antropologi sangat berbeda dengan pandangan ahli berbagai ilmu sosial lain. Ahli-ahli antropologi merumuskan definisi budaya sebagai berikut:
·         E.B. Taylor: 1871 berpendapat bahwa budaya adalah: Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
·         Sedangkan Linton: 1940, mengartikan budaya dengan: Keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
·         Adapun Kluckhohn dan Kelly: 1945 berpendapat bahwa budaya adalah: Semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia
·         Lain halnya dengan Koentjaraningrat: 1979 yang mengatikan budaya dengan:Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal terpenting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan belajar.
Dari kerangka tersebut diatas tampak jelas benang merah yang menghubungkan antara pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir melalui proses belajar yang merupakan kegiatan inti dalam dunia pendidikan.
Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
·         wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup;
·         aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret;
·         Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.


2.3.         BUDAYA SEBAGAI SISTEM GAGASAN

Budaya sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto, karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila gagasan itu dituliskan dalam karangan buku.
Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya yang kita sebut sebagai nilai budaya.
Jadi, nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita rasakan dalam sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan antara manusia sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan lingkungannya.


2.4.         PERWUJUDAN KEBUDAYAAN

JJ. Hogman dalam bukunya “The World of Man” membagi budaya dalam tiga wujud yaitu: ideas, activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku “Pengantar Antropologi” menggolongkan wujud budaya menjadi:
·         Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
·         Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
·         Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Berdasarkan penggolongan wujud budaya di atas kita dapat mengelompokkan budaya menjadi dua, yaitu: Budaya yang bersifat abstrak dan budaya yang bersifat konkret.

Budaya yang Bersifat Abstrak
Budaya yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya terwujud dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang menjadi cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan.
Budaya yang Bersifat konkret
Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas:perilaku, bahasa dan materi.
a. Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior) masyarakatnya.
b. Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan ditangkap dengan telinga (auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab paling penting dalam memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti sekarang ini adalah pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.
c. Materi
Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat transportasi.
Unsur-unsur materi dalam budaya dapat diklasifikasikan dari yang kecil hingga ke yang besar adalah sebagai berikut:
1. Items, adalah unsur yang paling kecil dalam budaya.
2. Trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
3. Kompleks budaya, gabungan dari beberapa items dan trait
4. Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.
Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh (culture universal). Terjadinya unsur-unsur budaya tersebut dapat melalui discovery (penemuan atau usaha yang disengaja untuk menemukan hal-hal baru).
Sumber :
A A Sitompul, Manusia dan Budaya, Jakarta : Gunung Mulia, 1993
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Jambatan, 1975


2.5.         Metodologi

Manusia merupakan makhluk yang berakal budi, terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan. Karena manusia makhluk yang berakal budi maka pastinya terbentuk cipta dan rasa dari pola pemikiran dan pengalaman yang mereka alami selama hidupnya. Budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Budaya merupakan bentuk kebiasaan manusia yang terbentuk dengan sendirinya tanpa mereka sadari yang akhirnya malah menjadi suatu kekhasan yang apabila dilanggar malah menimbulkan kesan salah karena diluar kebiasaan. Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal terpenting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan. Karena rasa cipta dan rasa merupakan sesuatu yang abstrak yang hanya bisa dirasa seperti halnya pemikiran, maka kebudayaan itu sendiri pun tercipta pada saat melakukan realisasi sperti berbicara, berjalan, berpakaian, berfikir dll.

BAB III
PENUTUP

Perbedaan Manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia mempunyai akal budi yang merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami. Manusia dengan akal budinya mampu memperbaruhi dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Dengan proses keshidupan  yang terus dialami oleh manusia dan mendapatkan pengalaman dari hal tersebut, mendorong pemikiran untuk mencipta suatu hal baru yang diiringi oleh rasa. Kebudayaan merrupakan kebiasaan yang dilakukan oleh kehidupan manusia yang malah menjadi kekhasan sutau kelompok manusia.
Etika berbudaya mengandung tuntutan bahwa budaya yang diciptakan harus mengandung niali-nilai etik yang bersifat universal. Meskipun demikian suatu bidaya yang dihasilkan memenuhi nilai-nilai etik atau tidak bergantung dari paham atau ideologi yang diyakini oleh masyarakat.  Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk menghargai dan menghormati harkat dan derajat manusia dengan cara tidak menindas sesama, todak, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan perilaku buruk lainnya.